Selamat Datang di Blog ERIKJON HALOMOAN SITANGGANG

Sunday, February 5, 2012

Metode Penyimpanan Benih terhadap Serangan Hama dan kerusakan benih

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan benih untuk disimpan beragam tergantung dari jenis, cara dan tempat penyimpanan (Sutopo, 1988). Dalam kegiatan penanganan benih, secara umum benih dikelompokkan ke dalam dua golongan utama sesuai dengan kondisi penyimpanan yang dituntut, yaitu benih recalsitrant dan benih orthodox (Roberts, 1973a dalam Schmidt, 2000). Benih orthodox mampu disimpan dalam waktu yang lama pada kadar air benih yang rendah (2 – 5%) dan suhu penyimpanan yang rendah. Benih recalsitrant adalah benih yang viabilitasnya segera turun sampai nol jika disimpan dalam waktu yang lama dan kadar air yang rendah (Roberts, 1973 dalam Anonim, 2000). Pada benih recalsitrant, kadar air benih pada waktu masak lebih dari 30% sampai 50%, dan sangat peka terhadap pengeringan di bawah 12% sampai 30%. Kelompok species yang benihnya tahan terhadap pengeringan sampai kadar air benih yang rendah seperti pada benih orthodox, tetapi sangat peka terhadap suhu penyimpanan yang rendah, belakangan ini dikelompokkan dalam benih intermediate (Ellis et al., 1990 dalam Schmidt, 2000).
Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis.faktor lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Kemasan benih akan berpengaruh pada kadar air benih selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih akan mempercepat laju kemunduran benih.
B. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui pengaruh penyimpanan berbagai kemasan terhadap Daya Kecambah Dan Kadar air.
b. Mengetahui pengaruh suhu dan penyimpanan benih
BAB II
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
· Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Produksi Benih Politeknik Negeri Jember. 13,Desember 2011
B. Alat dan Bahan


a. Alat :


1. Wadah penyimpanan benih
2. Alumunium Foil
3. Amplop
4. Plastic
5. Germinator
6. Oven (bersuhu 135 C)
7. Label
8. Timbangan Elektrik
9. Desikator
10. Kulkas
11. Kertas Merang


b. Bahan :
1. Benih kedelai
2. Benih Jagung


C. Pelaksanaan Praktek
Pengujian :
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
  • Kadar Air
Kadar air Benih Jagung.
NO
1
2
3
M1
M2
M3
M1
M2
M3
M1
M2
M3
Alumunium foli
32,3
34,3
34,1
26,2
31,2
29
29,2
34,2
34
amplop
28,1
33,1
33
23
33
32,9
27,9
32,9
32,6
Plastic
27,6
32,6
32,4
28
33
32,9
27,9
34,7
34,5
Kadar air Benih Kedelai
NO
1
2
3
M1
M2
M3
M1
M2
M3
M1
M2
M3
Alumunium foli
26,6
31,6
31,4
30,6
35,6
35
27,9
32,9
32,5
Amplop
27,1
32,1
32
27,2
32,2
31,9
27,2
32,2
32,1
Plastic
28,1
33,1
32,9
26,5
31,5
31,3
27,3
32,4
31,3
  • Tabel Serangan Hama Dan Kerusakan Benih
Benih Jagung
NO
Benih Berlobang
Jumlah Hama
Perubahan Warna
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Alumunium foli
10
amplop
6
9
3
Plastic
3
3
5
Benih Kedelai
NO
Benih Berlobang
Jumlah Hama
Perubahan Warna
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Alumunium foli
8
12
5
2
6
4
16
10
26
amplop
16
11
15
3
6
1
7
10
14
Plastic
10
14
6
2
3
3
22
19
29
  • Tabel Daya Berkecambah
Benih Jagung
NO
1
2
3
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Alumunium foli
17
15
15
amplop
22
23
17
Plastic
12
20
19
Benih Kedelai
NO
1
2
3
I
II
III
I
II
III
I
II
III
Alumunium foli
8
5
9
amplop
8
4
4
Plastic
10
6
11
B. Pembahasan
Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan atau pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Bahan pengemas yang terbuat dari alumunium foil tidak bersifat porus karena dilapisi bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan regangan tidak sebaik dengan bahan pengemas plastik. Bahan plastik cenderung lebih kuat sedangkan bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangan nya sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air ke dalam kemasan sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun.
Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih. Bahan pengemas dari kertas hanya mampu untuk jangka penyimpanan yang relatif singkat.
Penyimpanan benih dengan Berbagi Jenis kemasan bertujuan untuk mengetahui kemasan yang cocok digunakan untuk penyimpanan benih dimana kemasan itu dapat menjaga kadar air dan serangan dari hama gudang selama penyimpanan.Dimana pada praktek kali ini saya mmenggunakan Aluminium foil, kertas Amplop, Dan plastic. Dari ketiga metode ini memiliki ketahanan yang berbeda-beda. Bahan kemasan kertas merupakan bahan yang kedap udara, Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu. Kemasan kertas memang tidak sebaik kemasan plastic dalam mempertahankan kadar air benih, tetapi masih lebih baik dibanding kemasan kain. Sifat kertas yang mudah basah pada kondisi lembap diduga sebagai penyebab meningkatnya kadar air benih pada periode simpan selanjutnya. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foil lebih baik dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dan keelastisan, aluminum foil mudah sobek dan lebih kedap udara dari kertas.kemasan yang baik dalah kemasan yang kedap akan udara untuk menghambat laju resfirasi benih.
Dari table diatas tingkat kerusakan benih sangat nyata terutama pada benih kedelai benih yang disimpan pada kemasan alfo, amplop dan kertas mengalami kerusakan seperti benih berlobang-lobang, berubah warna, serta ada ditemukan hama di dalam benih dan di dalam kemasan. Hal ini disebabkan oleh pada saat pengemasan hama terbawa oleh benih sehingga berkembang biak di dalam kemasan sehingga benih menjadi rusak. Dari persentase daya kecambah benih kedelai juga sudah mengalami penurunan. Hal ini disebakan oleh hama yang ada didalam kemasan. Namun benih jagung tidak mengalami penurunan yang sangat drastic. Dari table diatas kemasan yang cocok untuk menjadi bahan pengemas benih adalah aluminium foil dan flastik kerena mampu mempertahankan persentase Kadar air dan persentase daya kecambah. Karena kedua bahan ini lebih kedap udara dari pada bahan dari kertas. Bahan pengemas yang terbuat dari alumunium foil tidak bersifat porus karena dilapisi bahan plastik di dalamnya, tetapi kekuatan regangan tidak sebaik dengan bahan pengemas plastik. bahan dari alumunium foil kekuatan terhadap regangan nya sedang sehingga sangat dimungkinkan sekali tempat kemasan mudah rusak dan memungkinkan adanya pertukaran udara dari luar dan uap air ke dalam kemasan sehingga sedikit demi sedikit kualitas benih menurun. Sedangkan untuk bahan pengemas kertas sangat mudah sekali robek dan bersifat porus sehingga pertukaran gas-gas dari luar ataupun uap air dapat denganmudah terjadi, hal seperti inilah yang mempercepat proses deteriorasi pada benih.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil dan pembahasan diatas adalah :
· Tempat pengemasan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kemunduran benih
· Bahan dari kemasan plastik memiliki kekuatan terhadap tekanan, tidak mudah robek dan kedap udara serta mampu menahan masuknya air ke dalam kemasan.
· Tujuan pengemasan adalah untuk mempertahankan kualitas benih selama dalam penyimpanan dan atau pemasaran, sehingga benih tetap terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal.
Daftar Pustaka
· Buku Panduan Praktek Mahasiswa (BKPM) mata kuliah Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Benih.
· Sutopo, L. 1998. Teknologi Benih. Fakultas Pertanian Unibraw. Jakarta : Rajawali
· LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PERBENIHAN III http://www.scribd.com/doc/49588745/LAPORAN-PRAKTIKUM-BENIH

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Metode Penyimpanan Benih terhadap Serangan Hama dan kerusakan benih - Jhon.Com Metode Penyimpanan Benih terhadap Serangan Hama dan kerusakan benih - Jhon.Com