Selamat Datang di Blog ERIKJON HALOMOAN SITANGGANG

Saturday, March 3, 2012

Aklimatisasi Tanaman Anggrek

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bibit anggrek yang dikembangkan menggunakan metode kultur jaringan telah banyak diproduksi dan dipasarkan dalam kemasan botol. Pemeliharaan bibit ini menjadi tanaman dewasa masih menemukan banyak permasalahan terutama pada fase aklimatisasi, yaitu pemindahan bibit dari lingkungan aseptik dalam botol ke lingkungan non aseptik. Disamping kemungkinan tanaman sangat sensitif terhadap serangan hama dan penyakit,tanaman ini masih memiliki aktifitas autotrofik yang masih rendah, sulit mensintesa senyawa organik dari unsur hara anorganik. Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon

atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot

sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan

habitatnya.

2. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan

memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous.

Aklimatisasi dilakukan dengan memindahkan planlet atau tunas mikri kemedia aklimatisasi dengan intensitas cahaya rendah dan kelembaban nisbi tinggi.Secar berangsur-angsur kelembaban diturunkan dan intensitas cahaya dinaikan.Cara yang paling mudah mengaklimatisasi dengan memindahkan ke bak aklimatisasi dengan media campuran tanah, pasir dan kompos, kemudian disemprotkan dengan air, dan disungkup dengan plastik. Media aklimatisasi yangdipakai juga bisa berupa campuran media lain yang cocok. Bentuk bak ataustruktur aklimatisai bisa beragam, tergantung pada kebutuhan, skala produksi bibit, serta jenis tanaman yang diaklimatisasi.

B. Tujuan

 Agar mahasiswa mampu melakukan aklimatisasi dengan baik.

 Agar mahasiswa mampu memahami peranan aklimatisasi dalam kultur jaringan.

BAB II

METODOLOGI

Ü Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan diselenggarakan di laboratorium teknologi benih pada tanggal 02 mei 2011.


Ü Alat

ü Baki

ü Pinset

ü Stop watch

ü Kawat pengait

ü Saringan

ü Pot dari tanah liat

ü Gunting

ü Spidol

ü Green house

ü stopwacht

Ü Bahan

ü sterofom

ü Air

ü pakis

ü Bibit anggrek

ü Koran bekas


C. Prosedur kerja

Æ Bibit yang masih ada didalam botol dikeluarkan dengan hati-hati menggunakan

kawat atau dengan memecahkan botol setelah dibungkus dengan kertas.

Æ Bibit kemudian dibilas diatas tray plastik berlubang sebelum disemprot dengan air

mengalir untuk membersihkan sisa media agar.

Æ Rendam planlet pada larutan Fungisida selama 30 menit

Æ Tiriskan bibit yang sudah bersih diatas kertas koran.

Æ Tanam bibit secara berkelompok tanpa media tanam, kemudian tempatkan ditempat teduh yang memiliki sirkulasi udara yang baik.

BAB III

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Hasil

Anggrek yang sudah dipindahkan ke dalam pot

Anggrek yang sudah disusun di green house

B. Pembahasan

Eksplan adalah bagian yang sangat penting pada kegiatan kultur jaringan. Dimana digunakan untuk bahan tanam. Penyesuaian terhadap iklim pada lingkungan baru yang dikenal dengan aklimatisasi merupakan masalah penting apabila membudidayakan tanaman menggunakan bibit yang diperbanyak dengan teknik kultur jaringan. Masalah ini dapat terjadi karena beberapa factor diantaranya :

Æ Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya.

Æ Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous.

Perbedaan faktor lingkungan antara habitat asli dan habitat pot atau antara habitat

kultur jaringan dengan habitat pot memerlukan penyesuaian agar faktor lingkungan tidak melewati batas kritis bagi tanaman. Faktor lingkungan yang diperlukan oleh anggrek Phalaenopsis menurut Deptan (http://www.deptan.go.id/ditlinhorti) adalah:

(1). Temperatur 28 ± 2o C dengan temperatur minimum 15oC.

(2). Kelembaban nisbi (RH) berkisar antara 60-85%.

(3). Intensitas penyinaran adalah 30%.

Disamping ketiga factor tersebut, faktor lingkungan lain yang juga cukup penting terutama bagi tanaman yang baru dipindahkan dari botol adalah sirkulasi udara yang baik

Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi pada anggrek adalah pakis dan arang kayu / sterofoam . Selain itu juga kelembapan tempat aklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap pada minggu–minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasi dijaga agar tidak melebihi 32°C.jangan biarkan planlet terkena sinar matahri langsung.untuk menghidari serangan jamur pada saat pengeluaran planlet dari botol kultur lakukan perendaman dengan fungisida selama 30 menit.

Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.


Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehat dan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yang menguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akar seimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 – 4 akar dengan panjang 1,5 – 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam di lapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakan secara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol) semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulit terkontrol (Herawan, 2006; Yusnita, 2004).

BAB IV

KESIMPULAN

Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapangan yang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop

plantlet dikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam. Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ, warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnya lengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidak tembus pandang dan pertumbuhan akar bagus

1. Pada habitatnya yang alami, anggrek epifit biasanya tumbuh pada pohon

atau ranting. Oleh karena itu, pemindahan tanaman dari botol ke media dalam pot

sebenarnya telah menempatkan tanaman pada lingkungan yang tidak sesuai dengan

habitatnya.

2. Tumbuhan yang dikembangkan menggunakan teknik kultur jaringan

memiliki kondisi lingkungan yang aseptik dan senyawa organik yang digunakan tanaman sebagian besar didapat secara eksogenous. Oleh karena itu, apabila dipindahkan kedalam pot, maka tanaman dipaksa untuk dapat membuat sendiri bahan organik secara endogenous.

DAFTAR PUSTAKA

Afriastini, F. 2004. Perbanyakan Vegetatif : Kultur Jaringan. http://www.wikipedia.id.org/ teknik/veg. Diakses 26 mei 2011

Budiarta, Atat. (2004). Dasar – Dasar Kultur Jaringan. Cianjur: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Aklimatisasi Tanaman Anggrek - Jhon.Com Aklimatisasi Tanaman Anggrek - Jhon.Com