Kamus tehnologi benih
PENJELASAN TENTANG ATLAS BENIH
1. Pengumpulan benih. Mencantumkan bagaimana cara pemanenan buah dilakukan dan kemasakan buah yang dicirikan oleh warna kulit buah. Sebagai keterangan tambahan dicantumkan bentuk dan ukuran buah, serta jumlah benih rata-rata dalam setiap buah.
2. Ekstraksi benih. Merupakan kegiatan mengeluarkan dan membersihkan benih dari bagian-bagian lain buah, seperti tangkai, kulit dan daging buah. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp, Paraserianthes falcataria) dan jenis-jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis-jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach dan Azadirachta indica. Pada jenis-jenis Dipterocarpaceae dan jenis lain yang memiliki buah bersayap, ekstraksi dilakukan hanya dengan cara membuang sebagian besar dari sayapnya.
3. Penyimpanan benih. Kemampuan benih untuk disimpan bervariasi. Ada 2 golongan besar sifat benih dalam penyimpanan : (1). Benih ortodok, yang dapat disimpan lama pada kadar air rendah (4 – 8 %) dalam kondisi temperatur rendah (4 – 18 ºC dan RH 40 – 50%), dan (2). Benih rekalsitran yang tidak dapat disimpan lama (1 – 4 minggu) pada kadar air tinggi (20 – 50%) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18 – 20 ºC) dan kondisi temperatur dan kelembaban yang sedang (18 – 20 ºC, RH 50 – 60%).
4. Perkecambahan benih. Uji perkecambahan benih dapat dilakukan di laboratorium dengan menggunakan germinator (alat pengecambah benih) dengan media kertas dan metoda uji = UDK (Uji Di atas kertas), UAK (Uji Antar Kertas) dan UKDdp (Uji Kertas digulung didirikan dalam plastik). Uji perkecambahan benih di rumah kaca umumnya menggunakan media tanah halus, pasir halus, serbuk gergaji dan media lainnya, dapat berupa campuran atau tidak dicampur. Media uji sebelum di proses akan mengalami perlakuan sterilisasi, seperti pemanasan dalam oven temperatur 103 ± 2 ºC untuk media kertas, atau dilakukan penggorengan untuk media pasir, tanah, serbuk gergaji dan media lainnya.
5. Pencegahan hama dan penyakit. Perlakuan pencegahan terhadap hama penyakit benih dapat dilakukan sebelum benih disimpan, selama penyimpanan, uji perkecambahan dan persemaian. Pencegahan hama dan penyakit dimaksudkan agar kecambah yang tumbuh serta bibitnya di persemaian dapat berkembang sempurna, sehingga penanaman dapat berjalan dengan baik.
6. Persemaian. Kondisi kecambah ketika siap untuk dibesarkan dalam persemaian merupakan awal dari kegiatan persemaian. Persiapan bibit sebelum ditanam meliputi kondisi persemaian seperti naungan, media bibit, pemupukan dan pemeliharaan lainnya. Pemupukan bibit di persemaian yang intensif dan baik, akan berpengaruh terhadap kesiapan dalam penanaman di lapangan.
Glosari
1. Anthesis. Proses penyerbukan.
2. Benih. Biji tumbuhan yang digunakan manusia untuk tujuan penanaman dan budidaya.
3. Bibit. Tanaman muda hasil perkembangan dari benih, stek, cangkok atau kultur jaringan yang ditujukan untuk pernaman
4. Cabutan. Salah satu cara pembiakan vegetatif dengan mengambil bibit atau mencabut bibit dari tempat tumbuhnya, tanpa menyertakan tanah yang melingkupi tanaman tersebut dan merupakan bentuk bibit yang berasal dari pembiakan generatif (berasal dari biji).
5. Cangkok. Salah satu cara pembiakan atau perbanyakan tanaman secara vegetatif, dengan menyayat cabang yang tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda serta yang tumbuh keatas.
6. Cotyledon. Bagian dari benih yang merupakan jaringan penyimpanan cadangan makanan. Ada 2 keping pada tanaman dikotil dan ada 1 keping pada tanaman monokotil.
7. Daya kecambah. Kemampuan benih untuk berkecambah
8. DCS. Dry Cold Storage. Mesin penyimpan yang memiliki kondisi ruang dingin dan kering.
9. Disinfektan. Zat pencegah serangan hama.
10. Dormansi. Proses beristirahatnya suatu tanaman, bagian tanaman, atau jaringan walupun berada dalam kondisi pertumbuhan yang optimum untuk menunjukkan pertumbuhan sewajarnya.
11. Drainase. Proses pelolosan air dari permukaan tanah atau lahan sehingga tidak terjadi genangan.
12. Eksotik (tanaman eksotik). Jenis tanaman asing, atau tanaman yang ditanam / dikembangkan di daerah / negara yang bukan di daerah sebaran alaminya.
13. Endomikoriza. Jaringan yang terbentuk karena asosiasi yang saling menguntungkan antara cendawan dan akar tanaman hutan, yang membantu penyerapan unsur hara.
14. Endosperm. Daging buah.
15. Esktraksi. Proses pengeluaran benih dari buah.
16. Fungisida. Senyawa yang memiliki kemampuan membunuh/menghambat pertumbuhan jamur.
17. Fisik (Sifat/mutu fisik benih). Sifat/mutu yang menunjukkan penampilan fisik yaitu : kemurnian, kadar air, warna, dan keseragaman.
18. Fisiologik (Sifat/mutu fisiologik benih). Sifat yang menunjukkan kondisi viabilitas, vigor, daya simpan dan kesehatan benih.
19. Folikel. Kelenjar kulit berbentuk kantong.
20. Funikel. Jaringan berbentuk tali spiral berwarna kuning menempel pada pangkal benih, merupakan jaringan penghubung antara benih dengan polong/buah.
21. Grafting. Cara pembiakan vegetatif dengan menggabungkan / menyambungkan dua bagian tanaman sehingga mampu tumbuh bersama-sama.
22. Gulma. Tumbuhan selain tanaman pokok yang bersifat mengganggu.
23. Hutan rakyat. Hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik maupun hak lainnya, dengan ketentuan luas minimum 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan lebih dari 50% dan / atau pada tanaman tahun pertama sebanyak 500 tanaman.
24. Hutan semi arid. Hutan yang berada di daerah iklim kering.
25. Inang primer. Tanaman tempat bersimbiosis antara tanaman cendana dengan tanaman budidaya di persemaian.
26. Inang sekunder. Tanaman tempat bersimbiosis antara tanaman cendana dengan tanaman budidaya di lapangan.
27. Introduksi. Uji penanaman jenis asing di suatu daerah.
28. Kadar air benih. Hilangnya berat ketika benih dikeringkan sesuai ketentuan yang ditetapkan.
29. Kadar air kering udara. Hilangnya kadar air dengan cara alami (dijemur atau dianginkan).
30. Kambium. Lapisan sel yang bersifat meristematis, muda dan mampu bermitosis terus yang berfungsi untuk memperbesar batang.
31. Kecambah. Benih yang sudah tumbuh menjadi bakal tanaman untuk disapih.
32. Kecambah normal. Kecambah yang tumbuh normal sesuai ketentuan baku dalam pengujian viabilitas benih, untuk menstimulasi pertumbuhan normal tanaman di lapangan.
33. Kedap udara. Tidak dapat dimasuki udara.
34. Khlorosis. Kekurangan klorofil
35. Kemurnian benih. Tingkatan kebersihan benih dari materi-materi non benih/seasah. Biasanya dinyatakan dalam %.
36. Kecambah. Benih yang baru tumbuh menjadi tanaman baru.
37. Kerucut (buah kerucut). Buah majemuk yang berbentuk kerucut/conus. Misalnya buah pinus.
38. Manual. Pekerjaan/ekstraksi dengan menggunakan tangan.
39. Masa resesif. Saat yang tepat matangnya ovule / siap diserbuki.
40. Media tabur. Tempat tumbuh bagi benih untuk berkecambah.
41. Masak fisiologis. Stadia buah disaat benih memiliki vigor maksimum dan kadar air minimum.
42. Orbicular. Berbentuk bundar, lingkaran.
43. Ortodok. Watak atau sifat dapat disimpan lama (tidak cepat menurun viabilitasnya) pada kondisi air benih yang rendah (4 – 8%) dalam penyimpanan.
44. Ortotrop. Tunas yang tumbuh kearah atas.
45. Periode. Kurun waktu, tahapan waktu.
46. Pericarp. Kulit buah.
47. Perlakuan pendahuluan. Perlakuan pada benih untuk memecahkan dormansi.
48. Persemaian. Suatu tempat yang digunakan untuk menumbuhkan dengan merawat bibit jenis tertentu sampai siap ditanam.
49. Pollen. Tepungsari.
50. Potrays. Jenis kantung semai yang terbuat dari plastik tebal yang dapat dipergunakan ulang.
51. Polibag. Jenis kantung semai yang terbuat dari plastik tipis. Biasanya digunakan untuk sekali pakai.
52. Rekalsitran. Watak/sifat benih cepat menurun viabilitasnya dan memerlukan kadar air tinggi (20 – 50%)
53. RH. Relative Humidity. Kelembaban nisbi.
54. Refrigerator. Kulkas atau mesin penyimpan yang memiliki ruang bersuhu dingin, yang memiliki suhu antara 7 - 15 oC.
55. Sapih (Penyapihan). Kegiaan pemindahan kecambah/bibit dari bak penaburan ke kantung semai.
56. Shading net. Penaung yang terbuat dari plastik berbentuk jalan, dengan berbagai macam intensitas penaungan.
57. Seleksi dan sortasi. Pemilihan, pemilahan, dan pembersihan benih yang berkualitas baik dari benih buruk, cacat, mati atau kotoran.
58. Sterilisasi. Kegiatan pembebasan/pembersihan media atau peralatan dari organisme yang tidak diinginkan, seperti bakteri, virus, jamur atau benih tumbuhan pengganggu.
59. Solum. Ketebalan, kedalaman lapisan horizon tanah; terdapat pada bagian atas tanah yang sebagian besar telah mengalami pelapukan.
60. Stek. Perbanyakan tanaman dengan cara memotong bagian tanaman (batang, pucuk).
61. Steril. Kondisi media atau peralatan yang bebas dari organisme yang tidak diinginkan.
62. Sterilisasi. Kegiatan pembebasan/pembersihan media atau peralatan dari organisme yang tidak diinginkan seperti bakteri, virus, jamur, atau benih tumbuhan penggangu.
63. Skarifikasi. Pematahan masa dormansi secara mekanik (contoh : kikir).
64. Stump. Bibit tanaman yang berasal dari anakan dimana sebagian dari bagian tanaman sudah dikurangi (akar dan daun).
65. Tabur (Penaburan). Kegiatan menanam atau menebarkan benih agar berkecambah.
66. Toleran. Kemampuan untuk berkompetisi terhadap cahaya rendah dan persaingan akar berat.
67. Tumbler. Mesin/alat perontok benih, yang berbentuk tabung berdinding kawat kasa, digerakkan dengan cara diputar.
68. UAK (Uji Antar Kertas). Uji daya berkecambah benih dengan contoh kerja diletakkan diantara substrat kertas yang telah dilembabkan.
69. UDK (Uji Diatas Kertas). Uji daya berkecambah benih dengan contoh kerja diletakkan diatas substrat kertas yang telah dilembabkan.
70. TZ. Tetrazolium. Garam 2, 3, 5 triphenyl chlorida atau bromida, yang digunakan untuk membedakan benih yang hidup dengan yang mati berdasarkan warna benih yang terbentuk setelah benih direndam. Uji TZ digunakan untuk mengetahui viabilitas benih secara cepat.
71. Viablitas benih. Daya hidup benih.
No comments:
Post a Comment