Selamat Datang di Blog ERIKJON HALOMOAN SITANGGANG

Saturday, March 3, 2012

Sub kultur Krisan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kultur Jaringan adalah teknik memperbanyak tanaman dengan memperbanyak jaringan mikro tanaman yang ditumbuhkan secara invitro menjadi tanaman yang sempurna dalam jumlah yang tidak terbatas. Yang menjadi dasar kultur jaringan ini adalah teori totipotensi sel yang berbunyi “setiap sel organ tanaman akan mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna jika ditempatkan di lingkungan yang sesuai. Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu yang lebih singkat.

Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Tanaman krisan dari Cina dan Jepang menyebar ke kawasan Eropa dan Perancis tahun 1795. Tahun 1808 Mr. Colvil dari Chelsa mengembangkan 8 varietas krisan di Inggris. Jenis atau varietas krisan modern diduga mulai ditemukan pada abad ke-17. Krisan masuk ke Indonesia pada tahun 1800. Sejak tahun 1940, krisan dikembangkan secara komersial

Tanaman krisan dapat diperbanyak dengan cara vegetative, yaitu dengan anakan, setek pucuk dan kultur jarinngan.

B. Tujuan

v Mengetahui cara melakukan sub kultur tanaman krisan.

v Mengetahui cara memelihara tanaman krisan dengan cara subkultur.

BAB II

METODOLOGI

A. Waktu dan tempat

· Waktu : pada saat praktikum mata kuliah Kultur Jaringan Tanaman.

· Tempat : di laboratorium perbenihan atau kultur jaringan.

B. Alat dan bahan

· Alat yang digunakan adalah Botol kultur, Pinset, Gunting, Pisau, Petridish, Api spiritus ,tissu,kertas ,laminar dan Alat tulis

· Bahan yang di gunakan adalah krisan, Media BAP dan Kertas.

C. Langkah kerja

1. Siapkan alat dan bahan terlebih dahulu.

2. Sterilkan gunting, pinset dan pisau di api spiritus.

3. Ambil tanaman krisan yang semulanya sudah di tanaman di media BAP dan sudah steril, lalu potong 7-10 dari bagian tanaman tersebut.

4. Ambil media BAP lalu sterilkan di api spiritus bersama tutup botolnya.

5. Tanamkan tanaman krisan yang telah dipotong tadi, lalu tanamankan dimedia yang telah di sterilkan.

6. Setelah itu tutup, beri label dan simpan di rak kultur.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil







Gambar : krisan yang terkontaminasi


Gambar: krisan yang telah dikultur kan



B. Pembahasan

Subkultur merupakan salah satu tahap dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Pada dasarnya subkultur kita memotong, membelah dan menanam kembali eksplan yang telah tumbuh sehingga jumlah tanaman akan bertambah banyak. Pada dasarnya subkultur merupakan tahap kegiatan yang relatif mudah dibandingkan dengan kegiatan lain dalam kultur jaringan. Krisan merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga emas (Golden Flower) berasal dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen of The East. Pada kesempatan kali ini praktek mata kuliah saya melakukan sub kultur tanaman krisan. Dari ketiga botol kultur tanaman krisan yang saya subkulturka,yang mengalami kontaminasi terdapat satu botol sedangkan yang lainnya tidak terdapat adanya kontaminasi. Efek dari kontaminasi adalah tumbuhnya koloni jamur. Penggamatan terhadap koloni jamur umumnya diidentifikasikan sebagai sekumpulan massa berbentuk benang (miselium), multiseluler, tidak berklorofil, jaringan tubuhnya belum terdiferensiasi, warna (secara umum putih), ukuran (luas dan menyebar), bentuk (irregular), tekstur dan konsistensi kering. Hal ini disebabkan oleh kekurang sterilan alat dan keteledoran si pelaksana.dan dalam melakukan subkultur saya tidak mendapat kesuliatan dan praktek berjalan dengan lancar.dan krisan juga dapat disubkulturkan dengan baik dan benar.

Selain itu, faktor sterilitas ruangan juga sangat menentukan terhadap kontaminasi.Ruangan yang sudah steril dapat saja berubah menjadi tidak steril pada saat musimhujan,sehingga dapat membawa masuknya bakteri dan jamur dari luar, serta dapat meningkatkan kelembaban yang akan mempercepat perkembangan mikroorganisme.Pengambilan meristem sebagai eksplan harus dilakukan dalam ruang steril (aseptik) agar tidak terkontaminasi (Sunarjono, 2002).

Kontaminasi disebabkan oleh jamur, bakteri dan cendawan. Kontaminasi oleh jamur terlihat jelas pada media, media dan eksplan diselimuti oleh spora berbentuk kapasberwarna putih, sedangkan kontaminasi oleh bakteri, pada eksplan terlihat lendir berwarna kuning sebagian lagi melekat pada media membentuk gumpalan yang basah.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dari hasil praktikum diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan Subkultur tanaman Krisan tidak mengalami kendala dalam proses pengsubkulturannya.namun mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Dari tiga botol kultur yang saya lakukan terjadi kontaminasi pada satu botol. Kemungkinan hal ini terjadi akibat kelalaian si pelaksana dan kurangnnya kehati-hatian dalam melakukan subkultur.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarta, Atat. (2004). Dasar – Dasar Kultur Jaringan. Cianjur: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian

______,2010. [online] dokumen “Budidaya Tanaman Krisan” tersedia di http://www.docstoc.com/docs/19913335/Budidaya-Tanaman-Krisan, diunduh pada 30 mei 2011, pukul 19.00WIB

Materi yang di sampaikan Dosen pengajar Pengantar Kultur Jaringan Tanaman Subkultur dan pemeliharaan tanaman in vitro yaitu bapak Ir. Heru Sugito, MP dan Ibu Wangi Satutik,SP.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Anggrek merupakan salah satu anggota family Orchidaceae yang dapat dijumpai hampir diseluruh belahan dunia terutama daerah tropis mulai dari dataran rendah hingga tinggi, bahkan sampai ke daerah perbatasan pegunungan bersalju. Bermacam variasi bentuk, warna, bau, dan ukuran dengan cirri-ciri yang unik menjadi daya tarik anggrek yang dikenal sebagai tanaman hias berbunga indah. Contonya adalah Arundina graminifolia, Bulbophylum binnendijkii, Calanthe sp., Paphilopedilum sp., dan lain sebagainya.

Anggrek merupakan salah satu tanaman yang mempunyai kecepatan tumbuh lambat dan berbeda-beda. Hal ini sangat berpengaruh jika yang menjadi tujuan pemeliharaan adalah memproduksi bunga. Tanaman anggrek mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Pertumbuhan anggrek, baik vegetatif (pertumbuhan tunas, batang, daun, dan akar) serta pertumbuhan generatif (pertumbuhan primordial bunga, buah, dan biji) tidak hanya ditentukan oleh faktor genetic, tetapi juga oleh faktor iklim dan faktor pemeliharaan. (Widiastoety, 2007)

Pada dasarnya tanaman anggrek merupakan tanaman yang sulit untuk melakukan penyerbukan sendiri, sehingga perkembangbiakannya pun cukup sulit. Selain itu, biji yang kecil, tidak mengandung cadangan makanan dan kulit yang sangat keras serta tebal membuat tanaman anggrek sulit ditumbuhkan tanpa bantuan manusia, kecuali anggrek yang tumbuh liar di hutan. Untuk mengatasi hal tersebut dan menumbuhkan anggrek secara masal, maka tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan mengawinkan anaman anggrek (dapat sekaligus memperoleh varietas persilangan yang baru).

B. Tujuan

· Agar mahasiswa mampu melakukan penanaman angrek dengan subkultur.

· Agar mampu mengetahui cara tabur biji pada tanaman anggrek.

BAB II

METODOLOGI

A. Waktu dan tempat

· Waktu : pada saat praktikum sub kultur mata kuliah kultur jaringan

· Tempat : dilaboraturium kultur jaringan atau pebenihan

B. Alat dan bahan

· Alat yang digunakan adalah Laminar air flow,Spatula, Petridis, Pingset dan Alat tulis.

· Bahan yang digunakan adalah Media, Alcohol, Api spiritus, Tanaman angrek dendrobium

C. Langkah kerja

1. Ambil tanaman angrek yang akan disubkulturkan

2. Sterilkan alat-alat yang akan dipakai pada api spiritus

3. Ambil tanaman angrek lalu pindahkan ke media yang telah disediakan

4. Setelah itu sterilkan lagi di api spiritus lau tutup dan simpan di tempat penanaman.

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan.

Tanaman yang dikembangbiakan dengan cara in vitro, perlu mendapatkan perlakuan yang amat ekstra hati-hati baik dalam melakukan subkultur dan penumbuhannya. Juga harus betul-betul steril baik alat dan bahan begitu juga dengan cara melakukan harus memperhatikan kesterilan lingkungan kerja dan ruang penumbuhan. Agar tidak mengalami kontaminasi cirri-ciri kontaminasi bisa disebabkan oleh jamur dan bakteri sebagai beikut:

· Jamur

Penggamatan terhadap koloni jamur umumnya diidentifikasikan sebagai sekumpulan massa berbentuk benang (miselium), multiseluler, tidak berklorofil, jaringan tubuhnya belum terdiferensiasi, warna (secara umum putih), ukuran (luas dan menyebar), bentuk (irregular), tekstur dan konsistensi kering.

· Bakteri

Pengamatan terhadap koloni bakteri meliputi ciri-ciri warna (putih bening, kemerahan, kehitaman), ukuran (kecil, sedang, bergerombol), bentuk (bundar, tak beraturan, menyebar), tepi (rata, tak beraturan) dan konsistensi (berlendir, basah) (Kyte dan Kleyn, 1996; Tim Mikrobiologi, 1999).

Dari hasil yang kita dapat di atas, kita dapat mengetahui kondisi hasil subkultur setelah satu minggu di simpan di ruang pertumbuhan. Untuk tanaman krisan, kondisi awal ketika sebelum disubkultur tanaman krisan berada dalam botol kultur bersama tanaman krisan lainnya yang sudah mengalami pertambahan panjang. Tanaman tersebut memiliki panjang hampir bahkan sudah mencapai tutup dari botol kultur tersebut. Untuk kenampakan dari dari krisan tersebut juga tidak menarik yaitu berwarna hijau pucat, kurus dan agak layu. Hal ini sangat wajar terjadi karena tanaman tersebut mulai berebut unsur hara dengan tanaman krisan lainnya yang tumbuh pada media dan botol yang sama

Sedangkan untuk tanaman anggrek kondisi awal tanaman pada saat subkultur ialah karena kuantitas eksplan pada media sebelumnya sudah sangat padat. Untuk itu diperlukan pergantian media sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan optimal karena tidak kekurangan unsur hara untuk diserap. Pada saat subkultur, tanaman anggrek lebih mudah dan tidak terlalu rentan terhadap cahaya ataupun panas. Selain itu tanaman ini cukup menempel pada media, tidak perlu menancapkan terlalu keras pada media. Hal ini disebabkan akar tanaman anggrek lebih mudah untuk menyesuaikan dengan kondisi media tersebut..

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

· Subkultur harus dilakukan karena memperhatikan beberapa faktor untuk kelangsungan hidup eksplan tersebut.

· Lakukan subkultur sebaik mungkin untuk menghindari melukai eksplan ketika dipindahkan ke dalam media baru.

· Kedua tanaman yang disubkultur belum mengalami perubahan yang signifikan dalam pertumbuhannya.

· Kedua tanaman tersebut tidak mengalami kontaminasi baik pada media maupun tanamannya.

· Kecepatan dan ketepatan ketika melakukan subkultur berpengaruh terhadapa hasil yang didapatkan.

DAFTAR PUSTAKA

______, 2005. [online] artikel “Budidaya Tanaman Anggrek” tersedia di : http://www.deptan.go.id/ditlinhorti/ , diunduh pada Jum’at, 30 mei 2011, pukul 16.40 WIB

Budiarta, Atat. (2004). Dasar – Dasar Kultur Jaringan. Cianjur: Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Pertanian

Materi yang di sampaikan Dosen pengajar Pengantar Kultur Jaringan Tanaman Subkultur dan pemeliharaan tanaman in vitro yaitu bapak Ir. Heru Sugito, MP dan Ibu Wangi Satutik,SP.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Sub kultur Krisan - Jhon.Com Sub kultur Krisan - Jhon.Com