Selamat Datang di Blog ERIKJON HALOMOAN SITANGGANG

Saturday, March 3, 2012

laporan Pemuliaan Tanaman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Heterosis dalam genetika adalah efek perubahan pada penampilan keturunan persilangan (blaster) yang secara konsisten berbeda dari penampilan kedua tetuanya. Istilah ini dikoinekan oleh G.H. Shull pada tahun 1914, setelah sebelumnya (sejak 1908) disebut sebagai heterozigosis.

Heterosis bukan mengacu pada penggabungan dua sifat baik dari kedua tetua kepada keturunan hasil persilangan, melainkan pada penyimpangan dari penampilan yang diharapkan dari penggabungan dua sifat yang dibawa kedua tetuanya. Contoh paling jelas adalah pada jagung hibrida. Penyimpangan ini sebagian besar bersifat positif, dalam arti melebihi rata-rata penampilan kedua tetuanya dan menunjukkan daya pertumbuhan (vigor) yang lebih besar. Dalam keadaan demikian (positif), heterosis dapat dinyatakan dengan istilah hybrid vigor. Silangan yang menunjukkan heterosis diketahui memiliki postur yang lebih besar, fertilitas yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih cepat, serta ketahanan terhadap penyakit yang lebih baik daripada rata-rata tetuanya.

Sebagian besar ahli sepakat bahwa gejala heterosis adalah kebalikan dari gejala depresi kawin-sekerabat (inbreeding depression), yaitu efek penurunan penampilan pada individu keturunan perkawinan sekerabat.

Di kalangan pemuliaan atau penangkaran, heterosis seringkali dibedakan berdasarkan cara penentuannya, untuk kepentingan studi dan praktis. Heterosis antara tetua (midparent heterosis) ditentukan sebagai penyimpangan penampilan keturunan F1 dari rata-rata tetuanya. Penentuan heterosis ini diperlukan untuk kepentingan kajian genetik namun kurang memiliki nilai praktis. Heterosis tetua terbaik (best/high parent heterosis) dihitung sebagai selisih penampilan keturunan F1 dari tetua dengan penampilan lebih baik. Istilah yang terakhir ini di kalangan pemuliaan tanaman juga disebut heterobeltiosis. Heterosis standar digunakan pula dalam uji penampilan dan dihitung berdasarkan selisih penampilan hibrida dengan varietas standar.

B. Tujuan

Mahasiswa diharapkan mampu:

Ø Untuk mengetahui persentase heterosis

Ø Untuk mengetahui dan menganalisa perhitungan keuntunganproduksi dari sifat tanaman

BAB II

METODOLOGI

A. Waktu dan tempat

Waktu Praktikum : 28 September 2011

Tempat Praktikum : Areal Lab TPB Poltek

Pengamatan : 8 November 2011

B. Alat dan bahan

Alat yang digunakan :

Ø Meteran

Ø Kalkulator

Ø Kertas HVS

Ø Form pengamatan

Ø Alat tulis

Bahan yang digunakan :

Æ Tanaman padi tiga varietas sebagai sebagai tetua jantan dan tetua betina yaitu ciherang,situbandit, dan stk 240 serta tanaman F1 dari hasil persilangan ketiga tetua yaitu ciherang VS stk 240 dan situbagendit VS ST240.

C. Prosedur kerja

1. Tanam padi tiga varietas sebagai induk jantan dan betina serta F1 hasil persilangan ketiga varietas

2. Amati tinggi tanaman dan jumlah anakan untuk pertanaman induk jantan,induk betina dan F1

3. Lakukan pengujian dengan menggunakan metode tersebut diatas serta buatlah kesimpulan

4. Buatlah laporan sementara untuk di Acc pembimbig dan laporan resmi dikumpulkan satu minggu setelah pengamatan dilakukan.

BAB III

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

  1. Hasil Pengamatan

No

Tanaman

Tinggi tanaman

Jumlah anakan

1

Ciherang

114,5 cm

137

2

Situbanggit

94,5 cm

146

3

Stk 240

113,6 cm

88

4

Chrg VS stk 240

103 cm

116

5

Stbg VS stk 240

100,5 cm

155

1. Persentase seleksi heterosis tinggi tanaman Chrg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 113,6 cm

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 114,5 cm

Mid parent = 114,05 cm

F1 = Chrg VS stk 240 adalah 103 cm

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 9,33 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 9,68 %

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 10,04 %

Kesimpulan : tinggi tanaman hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan low parent masing-masing sebesar 9,33% 9,68% dan 10,04%

1. Perhitungan seleksi heterosis jumlah anakan Chrg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 137

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 88

Mid parent = 112,5

F1 = Chrg VS stk 240 adalah 116

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 15,32 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 3,11%

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 31,81%

Kesimpulan : jumlah anakan hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan low parent masing-masing sebesar 15,32% 3,11% dan 31,81%

2. Perhitungan seleksi heterosis tinggi tanaman Stbg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 94,5cm

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 113,6 cm

Mid parent = 104,05 cm

F1 = Stbg VS stk 240 adalah 100,5 cm

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 6,34 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 3,41 %

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 11,53%

Kesimpulan : tinggi tanaman hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan low parent masing-masing sebesar 6,34% 3,41% dan 11,53%

3. Perhitungan seleksi heterosis jumlah anakan Stbg VS stk 240

Keterangan : P2 = tetua terbaik ( hight parent) 146

P1 = tetua terjelek ( low parent ) 88

Mid parent = 117

F1 = Stbg VS stk 240 adalah 155

Heterobelitas ( hight parent ) = x 100%

= 6,16 %

Heterosis terhadap ( mid parent ) = x 100%

= 32,47%

Heterosis terhadap ( low parent ) = x 100%

= 76,13%

Kesimpulan : jumlah anakan hasil persilangan F1 lebih tinggi dari hight parent,mid parent dan low parent masing-masing sebesar 6,16% 32,47% dan 76,13%

B. Pembahasan

Dari hasil praktikum maka dapat disimpulkan bahwa persilangan ini menunjukkan pesentase yang sangat bagus dimana F1 dari hasil pesilangan ini menunjukkan bahwa tinggi tanaman tidak terlalu tinggi serta anakannya lebih banyak.tanamn yang tidak terlalu tinggi lebih baik dari pada tanaman yang tinggi kenapa? Karena jika tanamn padi terlalu tinggi tingkat kerusakan akibat dari robohnya tanaman itu sangat tinggi. Bagi pemulia tanaman faktor seleksi adalah penting. Seleksi ini dapat terjadi secara alamiah maupun buatan (dilakukan oleh manusia). Secara alam, misalnya,suatu individu mempunyai keturunan yang lebih sedikit dibandingkan rata–rata individu yang lain sehingga frekuensinya semakin berkurang atau keadaan lingkungan mempengaruhi individu–individu yang akan disidangkan atau dibuang. Kecepatan perubahan gen ini tergantung dari :

1. Intensitas seleksi (banyaknya individu yang diseleksi)

2. Frekuensi gen yang diseleksi

3. Sifat gen yang diseleksi, dominan atau resesif

Dari hasil pengamatan dan perhitungan pesentasi persilangan tanaman padi maka didapati hasil sebagai berikut:

Æ Tinggi tanaman hasil persilangan F1 lebih tinggi dari tetua terbaik,tetua tengah dan tetua terjelek masing-masing sebesar 9,33% 9,68% dan 10,04%

Æ Jumlah anakan hasil persilangan F1 lebih tinggi dari tetua terbaik,tetua tengah dan tetua terjelek masing-masing sebesar 15,32% 3,11% dan 31,81%

Æ Tinggi tanaman hasil persilangan F1 lebih tinggi dari tetua terbaik,tetua tengah dan tetua terjelek masing-masing sebesar 6,34% 3,41% dan 11,53%

Æ Jumlah anakan hasil persilangan F1 lebih tinggi dari tetua terbaik,tetua tengah dan tetua terjelek masing-masing sebesar 6,16% 32,47% dan 76,13%

Fenomena heterosis menyebabkan tanaman F1 menjadi lebih kuat (vigor), biomassa nya lebih besar, hasil lebih tinggi, dan respon lingkungan tinggi. Hal tersebut yang dimanfaatkan dalam pembentukan kultivar hibrida. Munculnya fenomena heterosis pada tanaman F1 menyebabkan kultivar hibrida memiliki keunggulan dalam produksi dibandingkan dengan kultivar galur murni atau kultivar open polinasi biasa. Dari hasil persentasi didapati hasil bahwa F1 unggul dibanding dengan indukannya baik dari tinggi tanaman maupun dari jumlah anakan tanaman. Kondisi ini sangatlah berguna untuk meningkatkan produksi panen padi.namun yang harus diperhatikan adalah hasil F1 tinggi tanaman tidak terlalu tinggi dan anakannya banyak perlu pemeliharaan yang baik.contoh untuk tanaman ini jumlah anakannya banya tentu tanaman ini membutuhkan suplay makanan yang banyak untuk mencukupi kebutuhannya. Maka dari itu pemupukan dan penyiangan harus diperhatukan agar tanaman dapat tumbuh dengan optimal serta mnghasilkan produksi yang banyak.

KESIMPULAN

ü F1 lebih unggul dibandingkan dengan sifat induknya

ü Heterosis antara tetua (midparent heterosis) ditentukan sebagai penyimpangan penampilan keturunan F1 dari rata-rata tetuanya. Penentuan heterosis ini diperlukan untuk kepentingan kajian genetik namun kurang memiliki nilai praktis. Heterosis tetua terbaik (best/high parent heterosis) dihitung sebagai selisih penampilan keturunan F1 dari tetua dengan penampilan lebih baik. Istilah yang terakhir ini di kalangan pemuliaan tanaman juga disebut heterobeltiosis. Heterosis standar digunakan pula dalam uji penampilan dan dihitung berdasarkan selisih penampilan hibrida dengan varietas standar.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
laporan Pemuliaan Tanaman - Jhon.Com laporan Pemuliaan Tanaman - Jhon.Com