1. Organisasi Dalam Laboratorium Kultur Jaringan
Di setiap laboratorium dimana teknik kultur jaringan digunakan harus mempunyai sejumlah fasilitas yang mencakup al.:
- Ruang pencucian
- Ruang persiapan media, sterilisasi dan penyimpanan
- Ruang transfer aseptik
- Ruang kultur atau inkubator yang lingkungannya terkontrol
- Ruang pengamatan dan koleksi data
Diagram laboratorium kultur jaringan dapat dilihat pada gambar B-2.1.
a. Ruang Pencucian
Ruang pencucian harus mempunyai bak cuci, meja kerja yang terbuat dari
bahan yang tahan terhadap asam dan basa, rak pengering dan mempunyai
saluran untuk air demineralisasi atau destilasi, ruang untuk tempat oven
pengering, alat/mesin pencuci dan pengering, serta rak atau lemari
penyimpanan alat.
b. Ruang Persiapan Media
Di dalam ruang persiapan media harus tersedia tempat untuk penyimpanan
bahan-bahan kimia, gelas kultur dan penutupnya, dan peralatan gelas yang
diperlukan untuk pembuatan media. Meja yang kokoh atau ”bench” untuk
penyimpanan ”hot plate magnetic stirrer”, pH meter, timbangan, dan
dispenser harus tersedia. Peralatan lain yang biasanya ada di ruang
persiapan dan pembuatan media antara lain alat vaccum, distiling unit,
bunsen, refrigerator (kulkas) dan freezer untuk penyimpanan larutan stok
dan bahan kimia, mikrowave, kompor gas, oven dan autoclave untuk
sterilisasi mdia, peralatan gelas dan peralatan lain.
Didalam pembuatan media kultur, bahan-bahan kimia yang digunakan harus
yang bertaraf analitik dan penimbangannya harus baik dan benar. Agar
lebih akurat, dalam pembuatan media harus dilakukan tahap demi tahap
dan bahan-bahan yang digunakan harus di ”checklist”.
Air yang digunakan dalam pembuatan media harus berkualitas tinggi yang
mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Air ledeng atau sumur tidak
digunakan untuk pembuatan media karena mengandung kation-kation
(amonium, kalsium, besi, magnesium natrium, dll.), anion-anion
(bikarbonat, klorida, flourida, fosfat, dll.), mikroorganisme (algae,
jamur, bakteri), gas-gas (oksigen, CO2, nitrogen) dan bahan-bahan lain
(minyak, bahan organik dll.). Air yang digunakan dalam kultur jaringan
harus mempunyai standar type II (minimum) yaitu bebas pirogen, gas, dan
bahan organik dan mempunyai konduktivitas elektrik kurang dari 1.0
µmho/cm.
gambar
Metoda yang paling umum untuk pemurnian air standar type II adalah
dengan deionosasi yang diikuti dengan satu atau dua destilasi gelas.
Deionisasi menghilangkan dari bahan yang bersifat ionik dan proses
destilasi menghilangkan molekul-molekul organik, mikroorganisme dan
pirogen. Metode-metode lain yang dapat digunakan untuk mendapatkan air
murni type II adalah
(1) penyaringan dengan cara absorpsi, dengan menggunakan karbon aktif untuk menghilangkan kontaminan organik dan bebas klorine;
(2) penyaringan dengan membran, yang menghilangkan bahan-bahan partikulat dan kontaminasi oleh bakteri; dan
(3) reverse osmosis, yang menghilangkan sekitar 99% bakteri, bahan organik dan bahan partikulat.
c. Ruang Transfer
Teknik kultur jaringan dapat berlangsung dengan sukses apabila dilakukan
dibawah kondisi laboratorium yang sangat bersih. Oleh karena itu
pemindahan atau transfer biakan dikerjakan dalam ruang transfer steril
atau laminar air flow.
Laminar air flow yang digunakan dalam kultur jaringan tanaman adalah
tipe horizontal dan dirancang dengan mempunyai ruangan yang bebas dari
partikel debu yang halus dan dilengkapi dengan sinar ultra violet (UV)
serta unit penyaring udara. Penyaring udara harus mempunyai filter udara
dengan efisiensi tinggi atau ”high-efficiency particulate air (HEPA
filter). HEPA filter harus mempunyai pori sekitar 0.3 µm dengan
efisiensi kerja berkisar 99.97 – 99.99%. Semua permukaan ruang kerja
dalam laminar harus dirancang dan mempunyai konstruksi sedemikian rupa
sehingga debu dan mikroorganisme tidak dapat berakumulasi dan permukaan
tempat kerja dapat mudah dibersihkan dan diidisinfeksi.
d. Ruang Kultur
Semua jenis kultur harus disimpan dalam tempat yang terkontrol baik
temperatur, sirkulasi udara, kelmbaban maupun kualitas dan lamanya
cahaya. Faktor-faktor lingkungan tersebut akan mempengaruhi proses
pertumbuhan dan diferensiasi biakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kultur protoplas, suspensi sel dan kultur anther adalah yang
paling sensitif terhadap kondisi lingkungan.
Suhu ruang kultur untuk pertumbuhan umumnya berkisar antara 15o – 30oC,
dengan fluktuasi kurang dari ±0.5oC; akan tetapi kisaran suhu yang
lebih besar mungkin diperlukan untuk tujuan percobaan. Ruang kultur
harus mempunyai pencahayaan hingga 10.000 lux. Suhu dan cahaya harus
dapat diprogram selama 24 jam. Ventilasi udara harus baik dengan
kelembaban berkisar 20-98%.
2. Peralatan dan Bahan Dasar Dalam Laboratorium Kultur Jaringan
Peralatan yang diperlukan dari suatu laboratorium umumnya adalah sbb.:
1. Hot plate/magnetic stirrer atau kompor
2. Peralatan gelas (gelas ukur, erlenmeyer) atau stainless steel untuk memanaskan dan melarutkan media
3. Alat sterilisasi dengan tekanan uap (autoclave)
4. pH meter
5. Timbangan (analitical dan bench top loading)
6. Gelas ukur gradual
7. Botol kultur dengan penutupnya
8. Dispenser
9. Alat diseksi (spatula, scalpel (pinset), forcep, gunting)
10. Refrigerator
11. Distiling unit atau water deionizer
12. Oven
13. Microwave
14. Mikroskop
15. Pipet ukur
16. Shaker
17. Laminar air flow
18. Disinfectant
19. Bahan kimia yang diperlukan untuk pembuatan media (Lampiran)
20. Dll.
Peralatan gelas yang digunakan di lab kultur jaringan umumnya terbuat
dari Pyrex. Erlenmeyer dari berbagai ukuran (50, 125, 250, 500, 1000
atau 2000 ml) digunakan untuk wadah kultur dan pembuatan media. Tabung
gelas, cawan petri, botol jam atau bekas selai juga sering digunakan
sebagai botol kultur. Peralatan gelas tesebut harus tahan panas selama
proses sterilisasi dengan oven atau autoclave. Peralatan gelas lain
yang biasanya digunakan adalah gelas piala, gelas ukur, pipet dan labu
ukur.
3. Prosedur Dasar Laboratorium
Umumnya penggunaan operasional di lab perbanyakan tanaman dengan kultur
jaringan dapat dipelajari dengan mudah. Hal yang paling perlu
diperhatikan adalah akurasi, kebersihan dan keamanan saat bekerja dengan
teknik kultur jaringan.
Penimbangan
Pada saat pembuatan media, semua bahan yang ditimbang harus dilakukan
dengan hati-hati meskipun untuk pembuatan media dalam skala komersial.
Setiap penggunaan timbangan atau alat-alat lain harus memperhatikan
instruksi dari pabrikannya.
Jenis timbangan yang sering digunakan di lab antara lain top-loading
balance dan analytical balance yang memungkinkan akurasi penimbangan
hingga skala milligram. Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan
agar diperoleh penimbangan yang akurat adalah (i) timbangan harus
ditempatkan pada tempat yang keras, stabil, permukaannya rata yang bebas
getaran dan kebocoran, (ii) daerah sekitar penimbangan harus terjaga
kebersihannya, (iii) yang terpenting lagi, penimbangan jangan sampai
pernah overload, (iv) penimbangan disarankan menggunakan wadah atau alas
yang ringan atau kertas daripada menempatkan bahan yang ditimbang
secara langsung di atas piring timbangan.
Pengukuran cairan/larutan
Peralatan gelas yang mempunyai ukuran seperti gelas piala, erlenmeyer
dan pipet diperlukan untuk pembuatan media. Gelas ukur kapasitas 10,
25, 100 dan 1000 ml banyak digunakan untuk mengukur volume, tetapi
pengukuran yang lebih akurat diperlukan labu ukur dan pipet. Pengukuran
larutan dengan menggunakan pipet dan labu ukur hanya akan akurat
apabila bagian dasar dari cekungan antara air dan udara berada tepat
pada tanda pengukuran.
Penggunaan pipet harus dibantu dengan alat penghisap larutan (pipetor).
Jangan pernah menggunakan mulut untuk memipet. Jenis-jenis pipetor
yang umum digunakan antara lain (i) tipe bola penghisap yang dilengkapi
dengan beberapa katup pengontrol, (ii) pipet penghisap yang dioperasikan
menggunakan roda kecil pada bagian atas alat penghisap, (iii) alat
penghisap dengan bantuan pompa udara secara elektrik. Cairan dihisap
kedalam pipet dengan menekan tombol bagian atas dan melepaskan cairan
dengan menekan tombol bagian bawah, (iv) pipet mikro, biasanya untuk
pengambilan larutan dengan volume yang sangat kecil (mikro liter).
Membersihkan peralatan gelas
Metoda konvensional pencucian peralatan gelas dilakukan dengan
merendam gelas dalam larutan asam kromat yang diikuti pembilasan dengan
air kran dan air destilasi. Karena asam kromat dapat menyebabkan
korosif, maka cara ini banyak ditinggalkan kecuali untuk peralatan gelas
yang terkontaminasi tinggi. Pencucian yang lebih aman adalah dengan
air panas (>70oC) + sabun, diikuti dengan pembilasan dengan air panas
dan air destilasi. Peralatan gelas yang telah dicuci, dikeringkan
dalam oven pada suhu 150oC dibungkus dengan aluminium foil, kemudian
disimpan dalam lemari tertutup.
Sterilisasi
Bagian yang sangat penting dalam teknik in vitro adalah sterilisasi
bahan tanaman dan media dan menjaga kondisi aseptik yang telah dicapai.
Bakteri dan jamur adalah dua kontaminan yang paling banyak dijumpai
dalam kultur. Spora jamur sangat ringan dan ada disekeliling lingkungan.
Apabila spora jamur kontak dengan media kultur dan kondisinya optimal
untuk perkecambahan jamur, maka akan terjadi kontaminasi.
a. Sterilisasi Ruang Kultur dan Transfer
Sterilisasi ruang kultur yang paling baik adalah dilakukan dengan
penggunaan sinar ultraviolet (UV). Waktu sterilisasi bervariasi
tergantung dari ukuran ruang transfer itu sendiri dan harus dilakukan
apabila tidak ada kegiatan dalam ruang tersebut. Radiasi UV sangat
berbahaya bagi mata dan kulit. Ruang transfer dapat juga disterilisasi
dengan mencuci/mengepel 1-2 kali setiap bulan dengan bahan anti jamur
(fungisida) komersial. Ruang kerja dalam laminar flow biasanya sudah
dilengkapi dengan lampu UV, sehingga sterilisasinya dilakukan dengan UV
dan diikuti dengan membasuh/melap permukaan tempat bekerja dalam laminar
dengan alkohol 95% sebelum mulai bekerja.
Ruang kultur harus dibersihkan dengan sabun kemudian dilap dengan
Na-hypoklorit 2% (merek komersial seperti Sunclin, Bayclin atau
pembersih lantai lain yang mengandung disinfektan) atau alkohol 95%.
Lantai ruangan dan dinding harus dibesihkan seminggu sekali dengan
bahan yang sama.
b. Sterilisasi Peralatan Gelas dan Peralatan Lain.
Peralatan yang terbuat dari metal, gelas, aluminium foil, dll., dapat
disterilsasi dengan cara pengeringan dalam oven pada suhu 130o-170oC
selama 2-4 jam. Semua peralatan tersebut harus dibungkus sebelum di
oven, tetapi jangan menggunakan kertas karena akan akan terdekomposisi
pada suhu 170oC. Sterilisasi dengan menggunakan autoclave tidak
dsarankan untuk bahan yang erbuat dari metal karena akan menyebabkan
karat.
Untuk peralatan diseksi yang akan digunakan pada ruang transfer atau
laminar, setelah disterilisasi dalam oven harus direndam dahulu dalam
alkohol 96% kemudian dibakar di atas lampu bunsen. Teknik ini disebut
sterilisasi pembakaran (flame sterilization). Teknik ini harus
dilakukan dengan ekstra hati-hati karena alkohol sangat mudah terbakar.
Autoclave adalah metoda sterilisasi dengan menggunakan tekanan uap air.
Bahan-bahan atau alat yang dapat disterilisasi dengan cara autoclave ini
antara lain kapas penutup tabung, saringan dari nylon, pakaian lab,
tutup plastik, peralatan gelas, pipet, air, dan media kultur. Hampir
semua mikroba dapat mati bila diautoclave pada suhu 121oC dengan tekanan
15 psi selama 15-20 menit.
c. Sterilisasi Media
Ada dua metoda untuk sterilisasi media yang umum digunakan, yaitu dengan
autoclave dan filter membran. Media kultur, air destilasi dan campuran
yang stabil dapat disterilisasi dalam autoclave dengan menggunakan
wadah yang ditutup dengan kapas, aluminium foil atau plastik. Akan
tetapi, larutan dari bahan-bahan yang bersifat tidak stabil
(heat-labile) harus menggunakan filter.
Umumnya media diautoclave pada tekanan 15 psi dengan suhu 121oC. Untuk
volume larutan per wadah yang sedikit (< 100 ml), waktu yang
dibutuhkan adalah 15-20 menit, tetapi untuk jumlah yang besar (2-4
liter) selama 30-40 menit. Tekanan jangan melebhi dari 20 psi karena
dapat mengakibatkan dekomposisi karbohidrat dan bahan lain dalam media
yang bersifat thermolabile.
Beberapa senyawa yang tergolong dalam kelompok protein, vitamin, asam
amino, ekstrak tanama, hormon dan karbohidrat ada yang bersifat
thermolabile yang mungkin akan mengakibatkan dekomposisi bila
disterilisasi dengan autoclave, sehingga harus disterilisasi dengan
filter. Filter Millipore yang mempunyai porositas ± 0.2 mikron (µm)
merupakan salah satu filter yang banyak digunakan untuk sterilisasi
bahan yang bersifat thermolabile. Peralatan gelas yang akan menampung
media yang disterilisasi dengan filter harus sudah disterilisasi dahulu
dengan autoclave.
Media yang sebagian mengandung komponen thermolabile, dapat dibuat
dengan cara: (i) larutan yang mengandung komponen heat-stable
disterilisasi dengan autoclave, kemudian didinginkan sampai suhu
50o-60oC pada kondisi steril (biasanya dalam laminar), (ii) pada bagian
lain dalam kondisi yang steril, larutan yang mengandung komponen besifat
thermolabile disterilisasi dengan filter, (iii) kedua larutan yang
sudah disterilisasi dengan metoda yang berbeda tersebut digabungkan
dalam kondisi aseptik.
d
d. Sterilisasi Bahan Tanaman
Mendapatkan bahan tanaman yang steril merupakan hal yang sulit.
Meskipun bermacam tindakan pencegahan sudah dilakukan, 95% kultur akan
mengalami kontaminasi apabila eksplan tidak didisinfeksi. Organ atau
jaringan tanaman harus disterilisasi dengan larutan disinfektan, karena
sebagai bahan biologis tidak dapat dilakukan dengan cara pemanasan yang
ekstrim.
Tidak ada metoda yang baku untuk sterilisasi eksplan, sehingga waktu
perendaman dalam larutan disinfektan merupakan kisaran karena tergantung
pada jenis bahan dan tanaman yang akan disterilisasi. Larutan yang
digunakan harus yang aman bagi jaringan/eksplan tetapi bersifat dapat
membunuh kontaminan baik bakteri maupun jamur.
Untuk tanaman berkayu, umbi dll. biasanya sebelum disterilisasi dengan
larutan disinfektan harus dibersihkan dahulu dengan sabun dan dibilas
dengan air mengalir, tetapi tidak untuk tanaman jenis herbaceous. Semua
permukaan eksplan yang disteriliasi harus terendam dalam sterilan, dan
setelahnya harus dibilas dengan akuades steril sekurang-kurangnya tiga
kali.
Menentukan pH larutan
pH larutan diukur berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan.
Skala pH mulai dari 0 (sangat asam) hingga 14 (sangat basa) dan skala 7
adalah titik netral. pH dari media kultur umumnya diatur 5.7 ± 0.1
sebelum diautoclave. pH dapat memengaruhi kelarutan ion-ion di dalam
media, kemampuan agar untuk menjadi gel dan selanjutnya mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel. Oleh karena itu akurasi pH media menjadi faktor
yang penting untk diperhatikan. Umumnya pengukuran pH media menggunakan
pH meter.
No comments:
Post a Comment